watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Taman Eden diperkebunan

Suatu hari adikku dan suaminya datang. Dia
berbaik-baik mengharapkan aku menjaga rumah
dan anak-anaknya. Mereka bekerja di
perkebunan besar di Sumatera Utara, mendapat
hadiah dari perusahaan keliling Eropa Barat
selama sebulan. Hadiah itu untuk dua orang
suami istri. Adik saya dan suaminya belum
pernah bepergian ke luar negeri. Jadi hadiah ini
akan menjadikan perjalanan pertama mereka
keluar negeri. Mereka rencananya akan berangkat
bulan depan. Waktu sebulan dipersiapkan untuk
mengurus paspor dan visa schengen. Hadiah
jalan-jalan dan uang saku yang lumayan besar,
sangat sayang jika tidak digunakan. Pasalnya
hadiah itu tidak boleh diuangkan. Aku tinggal di
Medan memang menyendiri, setelah istriku
meninggal dan 2 anakku bekerja di Jakarta. Di
usia 50 lebih sebetulnya aku belum merasa tua,
karena badan masih cukup sehat dan tidak
banyak uban dikepala. Adikku ini mempunyai 4
anak dan semuanya perempuan. Wajar saja jika
ditinggal selama sebulan mesti ada yang
mengawasi mereka. Apalagi mereka tinggal di
perkebunan yang sepi jauh dari keramaian.
Mereka memerlukan waktu 2 jam dengan
berkendaraan mobil untuk sampai ke Medan.
Mungkin jika di Jakarta jarak tempuh 2 jam itu
tidak terlalu jauh, karena dari Depok ke Jakarta
Kota bisa lebih 2 jam jika naik mobil. Di Medan
jarak tempuh 2 jam itu sudah lumayan jauh.
Tempat tinggal adikku dan keluarganya di
perkebunan jauh dari keramaian. Rumah yang
mereka tinggali cukup besar dan halamannya
juga sangat luas. Rumah itu adalah peninggalan
zaman Belanda dulu, sehingga bangunannya
antik dan kokoh. Seperti umumnya rumah staf
perkebunan, selalu memiliki halaman yang amat
luas. Rumah adikku halamannya sekitar 1 ha
yang banyak ditumbuhi berbagai pohon, mulai
mangga, manggis, durian, duku dan pete. Di
belakang rumah masih ada kebun untuk
menanam sayur yang luasnya juga sekitar 1 ha.
Aku sering datang menginap di sana.
Suasananya sejuk dan asri. Tidak ada tetangga.
Kalaupun ada jaraknya paling dekat 500 m . Di
kiri kanan rumah merupakan perkebunan kelapa
sawit. Di belakang dekat kebun ada sungai yang
tidak terlalu besar dan airnya sangat jernih. Aku
sering mancing dan mandi di sana. Tempatnya
terlindung dan tidak pernah ada orang melintas
di sana, karena dikelilingi kebun sawit. Jaraknya
dari rumah sekitar 200 m. Akses ke pemandian
di sungai itu hanya dari rumah adikku ini. Aku
sering datang dan menginap kesana. Kadang-
kadang sampai seminggu, karena aku betah
berlama-lama di sana. Kegiatan yang kulakukan,
keliling perkebunan dengan sepeda motor,
mandi di sungai, atau panen buah-buahan bila
sedang musim. Kali ini aku harus tinggal di sana
sebulan bersama anak-anaknya yang sudah
menjelang ABG. Adikku meskipun mempunyai 2
pembantu perempuan 1 tukang kebun dan 1
penjaga malam, tetapi untuk mengawasi anak-
anaknya mereka lebih mempercayakan aku. Dua
pembantu perempuan tinggal di dalam, tetapi
tukang kebun hanya bekerja pada jam kerja dan
penjaga malam baru datang jam 7 malam
sampai jam 6 pagi. Rumah yang ditinggali
adikku berupa rumah panggung yang sebagian
terbuat dari kayu. Lantainya papan tebal yang
licin dan mengkilap. Sementara dapur kotor dan
kamar pembantu terdapat di bangunan terpisah
dibelakang yang jaraknya sekitar 20 meter
dihubungkan dengan koridor beratap. Aku
bertugas mengawasi si sulung Vina 14 tahun
kelas 2 SMP, Winda dan Windi kembar identik 12
tahun kelas 6 SD dan Vicky 10 tahun kelas 4 SD.
Menginap di rumah tua bekas peninggalan
belanda kadang-kadang menimbulkan rasa
seram juga. Sebab rumahnya besar. Rumah itu
dengan 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga sekaligus ruang makan dan dapur
bersih serta beranda, dilengkapi dengan 2 kamar
mandi. Kamar utama mungkin berukuran 8 x 10
m, kamar yang ditempati keempat anak malah
lebih besar lagi berukuran 10 x 10 m dan kamar
untuk tamu 5 x 6 m. Aku jadi membayangkan,
ukuran kamar utama kalau di kota besar sudah
jadi satu kapling rumah sederhana. Sebelum
adikku dan suaminya berangkat aku diminta 2
hari sebelumnya sudah menginap. Mungkin agar
pergantian suasana tidak terlalu drastis. Hari
pertama setelah adikku berangkat, tidak ada yang
istimewa, semua berjalan wajar. Keempat anak-
anak sudah berangkat dari rumah ke sekolah
sekitar jam 6.30. Mereka kembali sampai rumah
sekitar jam 3 sore. Semua sarapan dan makan
mereka diurus pembantu. Praktis tidak ada
pekerjaan rumah yang aku kerjakan. Aku hanya
memegang jadwal, kapan mereka harus tidur,
kapan belajar dan membangunkan mereka pagi
hari. Aku kebanyakan bengong baca buku dan
jalan-jalan di sekitar perkebunan ketika mereka ke
sekolah. Kalau malam ya hanya nonton tv
sampai ngantuk. Biasanya anak-anak ikut nonton
tv sampai waktu mereka belajar dan nyambung
lagi sampai menjelang waktu tidur. TV memang
hanya satu-satunya di ruang keluarga, karena
salurannya mengambil saluran satelit berbayar,
sehingga tidak bisa di share. Anak-anak memang
akrab dengan ku. Mereka memanggil ku dengan
sebutan Om Jo. Mereka malah kelihatan lebih
akrab kepadaku dibanding dengan ayahnya.
Kadang kadang si sulung sering curhat
mengenai apa saja sampai ke masalah pacar.
Malam itu ketika aku sedang asyik menonton TV,
mungkin sekitar jam 11 malam si sulung datang
bergabung. “Oom aku ingin nonton video, tadi
pinjam ama temen, tapi oom jangan marah ya
dan jangan bilang sapa-sapa.” kata Vina.
“Emangnya film apaan, “ tanyaku heran. “Ada
deh, tapi janji dulu, jangan marah dan jangan
bilang sapa-sapa,” rajuknya. Aku tidak bisa
menerka film apa, sebab tidak ada sampulnya.
Aku memang tidak pernah memarahi mereka.
Bahkan jika mereka ke Medan aku sering
menemani mereka jalan ke mall, mereka janjian
dengan temannya. “Boleh ya oom,” rajuk Vina.
Aku hanya menganggukkan kepala. Dengan
segera Vina memasukkan keping DVD dan
langsung meraih remotenya. Film barat dan
jenisnya horor. Namun ini adalah film horor
triple X. Jadi horor hanya bumbu untuk cerita
intinya. Aku yang tadi sudah terlanjur
menyetujui jadi terkesiap. “ Ini belum boleh
kamu tonton Vin, ini untuk orang dewasa,”
kataku. “Tolong dong oom, Vina pengin nonton,
karena kata temen-temen ceritanya bagus dan
serem.” kata Vina. Terlanjur sudah mengizinkan
aku tidak bisa menariknya. Disamping itu aku
ingin mengetahui sampai sejauh apa pengaruh
tayangan film itu terhadap Vina. Kami menonton
berdampingan. Jika adegan seram, Vina sering
memelukku dan membenamkan wajahnya ke
dadaku. Bagaimanapun aku masih pria normal,
tersentuh tetek Vina yang sudah tumbuh
lumayan besar, jadinya aku terangsang juga.
Sialnya batangku ketekuk ke dalam jadi ketika
menegang jadi agak sakit. Untuk membetulkan
posisinya di depan Vina adalah tidak mungkin,
jadi aku permisi pura-pura mau ke kamar
mandi. Eh dia yang sudah diliputi rasa seram
tidak mau ditinggal sendiri. Katanya dia mau
ikutan pula ke kamar mandi. Aku suruh tunggu
di luar kamar mandi, dia tidak mau karena takut.
Dia mau ikut juga masuk ke dalam kamar
mandi. Wah celaka ini. Tapi aku akhirnya
mengizinkan juga dia ikutan. Dia malah lebih
dulu menurunkan celananya dan langsung
kencing tanpa peduli menghadap ke
pandanganku. Aku jadi melihat sebersit
kemaluan yang masih gundul menyemprotkan
air kencing. Karena dia cuek aku juga ikut cuek
mengeluarkan batangku yang sudah mengeras.
Karena ngaceng, jadinya agak sulit air seninya
keluar. Terpaksa agak lama aku menunggu
sampai akhirnya kencingku mancur. Memang
sebenarnya aku tidak kebelet, jadi yang keluar
cuma sedikit, beda dengan Vina yang dengan
derasnya menyemburkan air kencing. “Oom
sebentar ,” kata Vina. Di langsung berdiri tanpa
membenahi celananya. “Oom Vina boleh liat
sebentar , Vina belum pernah liat aslinya, boleh
dong oom,” Sambil dia tarik badanku mendekat.
Vina menatap kontolku lekat-lekat, malah dia
menyentuh dan menekan-nekan. “ kok keras sih
oom,” tanya Vina. Aku yang sudah terangsang
dari tadi mana mungkin melarangnya, kecuali
menikmati. Dia bertanya mengenai helm diujung
batangku, mengenai kantong menyan sambil
meremas-remas. Kantong menyanku di
remasnya sampai aku tersengal. Kuberi tahu
bahwa kantong menyan itu tidak boleh ditekan
keras-keras karena sakit. Batangku jadi mengeras
sejadi-jadinya, dan otakku jadi makin ngeres.
“Kalau kamu ngliat punya oom, Vina punya juga
boleh dong diliat oom,” kataku. Aku jongkok di
depan Vina dan celananya kulepas semua.
Memeknya nyaris gundul, ada rambut masih
jarang-jarang dan halus. “Eh kamu abis kencing
belum cebok ya, “ kataku. “Iya om Vina lupa,”
katanya. “Sini oom ceboki biar bersih,” kataku.
Vina lalu jongkok di depanku dan aku
mengguyur dengan shower ke arah memeknya.
Dengan seksama aku menyapukan tanganku ke
memeknya sambil merasakan konturnya.” Ih
oom geli oom kalau kesentuh bagian situnya,”
kata Vina ketika aku tanpa sengaja menyapu
clitorisnya. Adegan kamar mandi berakhir tanpa
tragedi lanjutan. Kami kembali ke depan televisi
dan melanjutkan menonton. Vina jadi makin
manja memeluk tangan kananku. Terdengar
nafasnya agak memburu. Ini pertanda dia sudah
dilanda nafsu. Sambil nonton dia ingin
membandingkan penis yang ada di film dengan
penis yang nyata. “Oom kayaknya yang di TV
itu pipitnya besar kok nggak seperti punya oom
sih,” kata Vina. Aku jelaskan bahwa bintang
porno memang dipilih yang senjatanya besar.
Selain itu orang bule dan negro umumnya
ukurannya lebih besar dari orang Asia. “ Coba
deh oom Vina ingin bandingkan mau liat sekali
lagi, boleh ya oom,” katanya. Aku memelorotkan
celana ku dan senjataku langsung mengacung ke
atas. Vina langsung menggenggam erat. Aku
jadi tidak kosentrasi nonton film. Kuduga Vina
juga begitu. Karena pada adegan seram dia tidak
lagi menyembunyikan mukanya. Dia malah
mengamati adegan hubungan sex. “ Oom apa
rasanya pipit laki-laki dimasukkan ke dalam
memek, kok kayaknya mereka ngrasai enak,”
kata Vina. Aku lalu meminta dia memelorotkan
celananya dan kujelaskan Vina juga bisa
merasakan enak tanpa ada pipit laki-laki masuk.
Aku mulai meraba memeknya dan terasa sudah
basah di bawah sana. Mulanya Vina kegelian,
tetapi aku sentuh dia perlahan-lahan sampai
cairannya cukup banyak. Dari cairan memeknya
ku basahi bagian clitorisnya dan bagian itu aku
mainkan dengan usapan pelan. Vina
menggelinjang, mulanya dia merasa geli, tetapi
lama-lama dia makin memburu nafasnya. Dia
tidak lagi menonton film. Kepalanya disandarkan
ke sofa dan kakinya dikangkangkan lebar-
lebar.Aku terus memainkan itilnya , sehingga
terasa makin mengeras dan menonjol. Sekitar 10
menit dia menjepit tanganku dengan kedua
kakinya dan terasa memeknya berdenyut-
denyut. Dia lalu memelukku erat-erat-erat.
“Gimana Vin, enak gak rasanya,” tanyaku. “Aneh
banget rasanya oom enak sih,” katanya.
Permainan aku sudahi dan dia kusuruh kembali
ke kamarnya dan tidur. Tidak lupa DVDnya
kukeluarkan dan kusuruh dia menyimpan.
Malam itu tidak ada insiden lebih parah, karena
aku masih berpikir agak waras. Sementara itu
aku jadi pusing karena hasratku tidak
terlampiaskan. Keesokan malamnya Vina
kembali membawa dvd dan dia ingin nonton
bersamaku. Aku sudah menduga bahwa dvd itu
adalah porno. Seperti semalam, dia minta aku
memansturbasinya sampai dia orgasme. Tapi
malam ini Vina ingin mencoba seperti adegan di
film itu yaitu mengoral penisku. Aku agak ragu
mengijinkannya, tapi nafsuku sudah di ubun-
ubun. Akhirnya aku memberi kesempatan dia
mempraktekkannya. Mula-mula giginya
menggerus batangku sehingga terasa linu, tetapi
setelah aku arahkan dia mulai mahir dan aku
akhirnya ejakulasi. Aku tarik wajahnya dan
spermaku nyemprot di tissu yang sudah aku
siapkan. Setelah agak pulih aku menyarankan dia
kuperlakukan hal yang sama terhadap
memeknya. Dia mulanya risih, tapi karena di film
menggambarkan raut wajah yang nikmat, dia
akhirnya membolehkan. Memeknya masih baru
ditumbuhi rambut. Lendirnya sudah membasahi
seluruh permukaan lubang vaginanya. Aku
mulai menjilati sekitar daerah clitoris. Dia
menggelinjang-gelinjang geli. Namun lama-lama
dia mulai bisa merasakan nikmat. Mungkin
sekitar 15 menit aku terus-terusan mengoral
memeknya sampai leherku pegal, barulah dia
mampu mencapai orgasme. Memeknya banjir
sampai netes-netes. Aku sangat menahan diri
agar tidak sampai memecahkan perawannya.
Karena bagaimanapun dia adalah keponakanku.
Sejak itu Vina sering secara sembunyi-sembunyi
mengajakku beroralria. Si kembar yang aku
selalu tidak tau yang mana winda dan yang
mana windi walau sudah sekian lama bergaul,
aAku menengarai, jika menonton TV bersama
ku mereka berdua selalu menutup badannya
dengan selimut. Mulanya aku mengira mereka
merasa dingin, tetapi lama-lama kuperhatikan
raut mukanya seperti sedang keenakan, kadang-
kadang mereka mengejan seperti kegelian. Itu
berkali-kali. Aku lama-lama berpikir, jangan-
jangan di balik selimut itu mereka bermasturbasi.
Jika kuamati situasinya dan posisi duduknya
mereka besar kemungkinan memang
bermasturbasi. Satu kali setelah mereka
melakukan, dan masih berselimut dan waktu itu
di depan TV tinggal kami bertiga , mereka
kupancing melihat kukunya, karena kalau kuku
panjang pasti ditegur guru. Mereka lepas kontrol,
karena mengira aku serius akan melihat
kukunya. Sambil mereka ngotot menunjukkan
kukunya yang tergunting rapi dan pendek. Lalu
kedua tangan kanan mereka kutarik dan ku cium.
Baunya khas bau memek. Mereka terkejut ketika
aku mencium kedua jari tengah mereka. “Nah
oom tau apa yang kalian lakukan, nanti oom
mau laporkan ke mama dan papa kamu,” kataku
setengah mengancam. Mereka terperanjat,
karena aku mengetahui aksi mereka, tapi mereka
masih berusaha mengelak dengan bertanya, “
emangnya kenapa oom,” kata mereka serentak.
“Oom tau kamu mainin mimi kamu dengan
tangankan, itu kan berbahaya, nanti kamu bisa
mandul kalau kemasukan kuman, dari jari kamu
yang tidak bersih, ayo gak usah membantah lah,
benerkan,” kataku dengan nada yang tenang
tanpa ada terasa ada hardikan. Mereka berdua
terdiam. “ Oom jangan kasih tau mama ama
papa dong oom,” kata mereka dengan penuh
harap. “ Tapi kalau nanti akhirnya ada penyakit di
mimi mu karena kena kuman, gimana kamu
ngomongnya ke mama, kalau kena penyakit
nanti mimi mu berbau busuk, ya terserah aja
kalau mau tanggung,” kata ku datar. “Jadi
gimana dong oom,” keduanya seperti koor
berbicara bareng. Aku lalu menyuruh mereka ke
kamar mandi orang tuanya. Aku katakan aku
mau memeriksa, apa mereka terkena virus atau
tidak. Kata mereka sudah melakukan itu sekitar 3
bulan ini. Setelah mereka masuk kamar mandi
aku kemudian menyusul. Kamar mandi dikunci
lalu mereka ku suruh melepas celana dan celana
dalamnya. Di kamar mandi orang tuanya ada
semacam bidang datar yang agak tinggi ditutupi
dengan keramik. Mereka kusuruh duduk dan
mengangkang. Mulanya mereka saling liat-liatan
dan tentunya merasa malu. Tapi aku berlaku
seolah-olah mau keluar lagi, akhirnya mereka
menyerah dan menuruti perintahku. Keduanya
duduk bersandar di dinding dan kakinya dilipat
mengangkang selebar mungkin. Memeknya
masih bersih daru jembut, tetapi bentuknya
sudah mentul. Dalam posisi itu aku sulit melihat
lebih seksasama, akhirnya mereka kusuruh tidur
telentang. Satu persatu dengan leluasa aku buka
lipatan memek mereka yang masih rapat. Jari kiri
dan kananku lalu aku usap-usapkan ke kedua
clitorisnya. Mereka merasa geli, tapi aku minta
menahannya, sehingga lama-lama mereka tidak
mengeluh geli lagi. Cairan pelumas mulai
membasahi mulut vaginanya yang masih rapat.
Mereka mulai menggelinjang dan berdesis. Repot
juga mengkordinasikan tangan kiri dan kanan
melakukan stimulasi sekaligus berdua. Menjelang
mereka sudah tinggi aku beralasan ingin
mencium dan merasakan cairan memeknya
apakah masih sehat atau tidak . Sementara
tangan kananku mengelus-elus satu memek,
lidahku menjilati memek yang satu lagi. Karena
sudah tinggi memek yang aku jilat segera
mencapai orgasme, dan seluruh permukaan
memeknya berkedut-kedut. Aku tidak tau ini
Winda atau Windi yang mengerang-ngerang
nikmat. Setelah dia usai aku ganti menjilat
satunya dan tidak perlu waktu lama dia pun
mengerang nikmat. Keduanya lalu memelukku,
katanya rasanya enak sekali, lain dari yang
pernah mereka lakukan. Dia menanyakan apakah
memeknya tidak ada penyakit. Aku bilang mesti
lihat tanda di tempat lain. Di mana, katanya . Aku
menunjuk teteknya. Mereka tidak ragu segera
bertelanjang di depanku. Lalu keduanya aku
baringkan. Susunya sudah lumayan
berkembang untuk anak umur 12 tahun susu
mereka termasuk besar. Putingnya masih kecil
dan aerola nya juga masih melingkar kecil saja.
Aku oser-oser jariku ke putingnya yang
mengeras. Mereka kegelian. Aku katakan bahwa
keadaannya cukup sehat, tapi harus dicuci
dengan cairan pembersih vagina. Kebetulan
memang ada di kamar mandi orang tuanya.
Mereka berdua masih dalam keadaan bugil aku
ceboki dengan cairan pembersih itu. Salah satu
dari mereka lalu nyeletuk, “ Oom curang, udah
liat mimi kita tapi kami belum liat pipit oom, liat
dong oom, kita kan pengen tau kayak apa sih
orang dewasa punya.” Aku tidak menyangka
mereka bakal ngomong begini. Aku dari tadi
sudah ngaceng sejak ngerjai mereka berdua.
Aku akhirnya menyerah dan mempertunjukkan
penisku yang sudah mengeras. Mereka lalu
menekan dan menggenggam. Aku jadi makin
pusing dibuatnya. Akhirnya mereka kusuruh
ngook dengan bantuan sabun sampai spermaku
muncrat. Setelah itu mereka tanya, “ Oom kok
jadi lemes kenapa .” Aku jelaskan bahwa setelah
sperma keluar maka alat kelamin laki laki akan
kembali keukuran semula. Saat menegang
artinya kelamin laki-laki siap untuk dimasukkan
ke kelamin perempuan. Mereka paham bahwa
pertemuan kedua kelamin lain jenis akhirnya
akan membuahkan anak. Tapi ketika kutanya
mereka apa sudah mengalami haid, keduanya
menggelengkan kepala. Dengan begitu kataku,
mereka belum bisa hamil, karena belum
memproduksi telur, yang akan dipertemukan
dengan sperma. Kami akhirnya kembali ke ruang
TV, dan melanjutkan menonton TV. Pekerjaanku
jadi bertambah, karena mereka juga sering kali
minta aku menjilati memeknya. Suatu kali aku
lagi asyik menjilati memek si sulung mereka
memergoki. Si sulung kaget, tetapi reda setelah
kedua si kembar “ buka warung “ minta dijilati
juga. Aku jadi marathon menjilati ketiganya.
Anehnya nafsu mereka kuat sekali, karena sejak
itu setiap hari aku selalu diminta menjilati
mereka. Aku pada awalnya senang, lama-lama
bosan juga dan leherku pegal. Kadang mereka
malah minta lebih dari sekali di jilat dalam sehari.
Aku jadi menyesal karena akhirnya diperbudak.
Meskipun demikian kedua kembar itu akhirnya
diajari kakaknya mengulum kontolku. Mereka
sampai bisa menelan air maniku. Itu adalah
perbuatan yang paling top yang aku lakukan. Si
bungsu malah kemudian memergoki aku lagi
menjilati ketiga kakaknya. Ini gara-gara kami
makin sembrono, sehingga kurang menjaga
situasi aman. Si Vicky memang masih kelas 4
SD, tapi minta pula ingin merasakan. Aku tidak
yakin apakah anak sebesar itu bisa mencapai
orgasme. Ternyata ada benarnya. Aku
memerlukan waktu sampai setengah jam
menjilati nonoknya sampai dia berkedut-kedut.
Tapi itu hanya untuk pertama kali. Untuk
seterusnya dia relatif sama dengan kakaknya. Si
bungsu ini walau umurnya masih 10 tahun, tapi
memeknya sudah menggelembung dan bagian
putingnya sudah menonjol. Sejak sat itu kami
sering mandi bareng dengan ke empat anak. Si
Kecil pun akhirnya diperkenalkan mengoral ku.
Aku jadi lemes tiap hari dioral oleh 4 anak.
Seharian aku bisa ejakulasi sampai 3 kali, dan itu
hampir setiap hari. Aku masih berpikir-pikir 1000
kali untuk menjebol perawan anak-anak ini. Aku
pernah malakukan aksi nempel-nempel saja di
mulut vagina mereka. Tapi aku menahan untuk
tidak sampai kejeblos. Kami kemudian sering
mandi di sungai belakang rumah sambil berbugil
ria. Kami bergembira bersama dan merasa kami
mempunyai dunia lain dengan aksi nudist di
sungai. Dalam waktu 10 hari semua anak-anak
ini sudah terbiasa oral dan dioral. Kegiatan itu
menjadi pengantar tidur setiap hari. Setiap habis
dioral, mereka lalu tidur dan aku kembali ke
televisi untuk menonton sepak bola yang
ditayangkan mulai tengah malam. Malam
minggu kali ini aku agak terganggu karena
munculnya Vina. Dia mengendap-endap dan
tiba-tiba mengejutkanku. Dia langsung duduk
dipangkuanku. Aku berpikir, anak ini mau apa
lagi, tadi sudah di oral dan dia sampai orgasme,
sekarang mendekati aku mesti ada maunya. Dia
minta aku memutar film porno, katanya film
Indonesia. Aku jadi tertarik juga karena jarang
ada film porno Indonesia. Kami lalu menikmati
tayangan film Indonesia. Filmnya dibuat tidak
profesional, tetapi lumayanlah pemainnya cakep
dan detilnya cukup bagus. Di tengah jalan Vina
bertanya kepadaku, “ Gimana sih oom rasanya
kalau dimasukkin pipit laki-laki.” Aku jelaskan
bahwa sekali dimasuki kemaluan laki-laki maka
selaput perawan seorang gadis akan rusak.
Untuk pertama kalinya, si perempuan akan
merasakan sakit, karena perobekan selaput dara
itu sampai mengakibatkan pendarahan. Namun
luka, akibat selaput dara akan sembuh dengan
sendirinya tanpa diobati. Setelah selaput dara
pecah, maka untuk selanjutnya perempuan tidak
lagi merasakan sakit, sebaliknya malah terasa
enak. “Apakah lebih enak dari dijilatin Oom,”
tanyanya. “Ya iyalah, kalau dijilati kan hanya
bagian luar yang dirangsang, kalau dimasuki,
maka bagian dalamnya juga akan ikut
merasakan rangsangan,” kataku. “Aku pengin
deh oom merasakannya,” katanya. Pernyataan
ini sangat mengejutkanku, dan selama ini aku
selalu menjaga agar keperawanan mereka
terjaga. Aku sudah memberi pengertian
bermacam-macam, tetapi Vina masih tetap
berkeinginan, dan dia katanya mau tahan
sakitnya dan ingin tahu nikmatnya . Aku berpikir
lama untuk memenuhi keinginan Vina. Dia terus
membujukku, sampai pertahanan ku jadi makin
lemah. Aku akhirnya mematikan televisi, Vina ku
ajak ke kamarku. Kami bercumbu sambil
melepas baju. Dia kuoral sampai orgasme dan
kucoba jariku memasuki liang vaginanya, tetapi
dia merasa sakit, karena memang jariku sulit
masuk. Aku sudah menjelaskan kepadanya,
risiko jika penisku masuk, maka semua atas
kemauan Vina sendiri. Aku tegaskan bahwa aku
sama sekali tidak membujuknya. Vina
mengangguk. Pelan-pelan aku arahkan kepala
kemaluanku mencoba menerobos gerbang
vaginanya. Sampai 5 cm penisku berhasil
masuk, dia sudah meringis-meringis. Kuyakini
dia apa masih mau diteruskan apa cukup segini.
Dia tetap ngotot mau diteruskan bahkan
tangannya menarik pantatku untuk terus maju.
Dengan gerakan hati-hati aku memajukan
penisku sampai akhirnya terhalang oleh selaput
daranya. Aku memaju mundurkan penisku
sampai terasa lancar. Pada saat mentok, aku
mulai membuat gerakan mengejan, sehingga
menyebabkan penisku terasa lebihkaku.
Demikian berulang-uang, hasilnya lumayan.
Selaput daranya bisa tembus tanpa dia terasa
terlalu sakit. Penisku mulai tenggelam perlahan-
lahan. Dia meringis ketika aku menarik dan
memajukan penisku. Sekitar 5 menit kemudian
dia mulai bisa menyesuaikan penisku makin
lancar keluar masuk, meski terasa ketat sekali
lubang vaginanya. Hampir 10 menit kemudian
aku merasa sudah mulai akan ejakulasi, maka
segera aku tarik. Dan muncratlah spermaku di
perutnya. Vina memelukku, katanya karena
barangku meski mengakibatkan sakit, tetapi
didalam rasanya enak, karena semua rongga
memeknya terasa penuh. Untuk pertama kali,
kujelaskan bahwa wanita tidak bisa merasakan
nikmatnya atau sampai orgasme, karena rasa
sakit mengganggu . Dia bisa mengerti dan
berjanji akan minta diulang lagi di waktu yang
akan datang. Keesokan harinya, karena kebetulan
hari Minggu mereka tidak sekolah. Vina
membisikkan kepada ku bahwa memeknya
perih ketika dia pipis. Aku jawab itu biasa, paling
cuma sebentar, nanti siang pasti sudah tidak
perih lagi. Pagi itu kami bersama-sama turun ke
Medan dan aku ingin melihat keadaan rumahku
yang kosong. Rumahku tidak ada yang
membersihkan maka semua anak-anak gotong
royong membersihkan rumahku, ada yang
kebagian nyapu, ngepel. Setelah rapi aku
memesan makanan melalaui delivery order.
Kami menikmati makan bersama si rumahku lalu
mereka cuci piring. Mata mulai ngantuk setelah
perut kenyang. Tetapi anak-anak tidak. Mereka
malah bermain di sekitar rumahku. Ada yang
nonton tv. Si sulung diam-diam malah
membawa film-film pornonya. Mereka berempat
akhirnya menekuni menonton film porno. Aku
tidak terarik bergabung karena ngantuk berat.
Aku terbangun karena merasa celanaku dilepas.
Ternyata ke empat anak-anak itu sedang
membongkar simpananku. Aku dalam keadaan
setengah ngantuk membiarkan saja anak-anak
itu maunya apa. Selama ini mereka sudah
terbiasa mengoral milikku, jadi tidak ada masalah
lagi. Dari mulai si sulung sampai si bungsu
bergantian mengoralku. Mungkin karena sudah
terlalu sering aku berejakulasi dengan mereka,
kini daya tahanku lumayan juga. Aku tidak juga
kunjung keluar meski mereka berempat
mengoralku. Entah angin apa, aku merasa ada
yang menaiki tubuhku. Dia adalah salah satu si
kembar. Entah Winda atau Windi mencoba
memasukkan batangku ke memeknya. Mereka
mungkin terpengaruh film yang ditontonnya dan
penasaran ingin mencoba. Dia mencoba
melesakkan kan penisku, tetapi baru masuk
sebagian sudah dicabut lagi, sakit katanya. Si
kembar satu lagi ikut mencoba, dia mendorong
masuk penisku, tapi baru bagian kepalanya
masuk dia sudah mundur dan tidak meneruskan
karena katanya juga sakit. Eh si bungsu ikut-
ikutan, dia mengangkangkan kakinya dan ikut
mau mencoba memasukkan penisku. Belum
juga kepalanya masuk dia sudah merasa sakit
dan akhirnya mundur. Mereka lalu berdiskusi
mengapa yang difilm itu kelihatannya gampang.
Si Sulung kemudian mengambil alih dan dia
mulai pelan-pelan melesakkan penisku sampai
seluruhnya tenggelam. Yang lainnya heran dan
bertanya-tanya kenapa si sulung bisa menelan
barangku. Si sulung sambil menggenjot aku
mengatakan, karena dia sudah cukup umur
makanya bisa, kalau terlalu kecil lubangnya
belum cukup, kata Vina yang memang sudah
berumir 14 tahun. Vina sangat menikmati kontol
ku sampai sekitar 10 menit dia akhirnya ambruk
karena mencapai orgasme. Sementara aku yang
pasif di bawah, masih terus bertahan. Batangku
terlihat basah oleh lendir dari Vina ketika dicabut.
Si Winda penasaran mau mencoba lagi. Aku
menyuruh mereka mengambil jelly untuk
melumuri batangku. Mulai dari kepala sampai
semua batang menjadi licin, Memeknya mereka
juga di bagian gerbangnya dilumuri jelly.
Hasilnya cukup lumayan karena batangku bisa
masuk relatif agak banyak. Paling tidak kepalanya
sudah terbenam dan hampir separuh. Batangku
tidak bisa masuk lebih dalam karena tertahan
selaput dara. Si kembar itu lalu naik turun sampai
batas mentok di selaput daranya. Lama-lama
karena kurang kontrol di lepaskan berat
badannya sehingga secara tidak sengaja
selaputnya terterjang penisku sehingga bisa
masuk lebih dalam. Winda atau windi aku
kurang jelas lalu berhenti ketika penisku
terbenam semuanya. Dia lalu pelan-pelan
menarik keluar sehingga batangku terlepas. Si
kembar satunya penasaran, dia mengikuti apa
yang dilakukan saudara kembarnya. Kejadiannya
sama dan selapot daranya juga jebol karena dia
kurang kontrol gerakannya sendiri. Tapi yang kali
ini dia tetap biarkan batangku terbenam lama,
lalu dia coba menggenjot tapi baru sebentar dia
kelurkan penisku. Eh si bungsu ikut-ikutan. Ketika
aku larang di malah mau menangis. Ya aku tidak
bisa berbuat lain kecuali membiarkan saja. Anak
ini masih terlalu kecil, sehingga aku kurang yakin
dia bisa melakukan seperti kakaknya. Dia
melumari memeknya jeli sebanyak-banyaknya
sampai masuk ke dalam liangnya, demikian juga
kepala penisku dia tambah jelly lagi. Aku tak
menyangka kepala penisku bisa terpelet masuk
ke dalam memek anak umur 10 tahun. Ini benar-
benar di luar dugaanku.Tapi baru kepala
penisnya masuk sudah mentok ke sepalut
daranya. Dia meringis kesakitan, tapi dia tidak
cabut. Aku hanya mengencang dan
mengendorkan penisku untuk meluaskan lubang
yang telah dirintis. Entah sebab apa tiba-tiba si
bungsu melepaskan beban badannya ke
memeknya, sehingga bless penisku langsung
terhunjam. Sibungsu menjerit, tetapi anehnya
penisku tidak dicabutnya. Ketat sekali memek
anak umur 10 tahun yang sangat diluar
dugaanku bisa dimasuki penis orang dewasa.
Aku lalu membantu Vicky agar perlahan lahan
mengeluarkan penisku. Dia meringis ketika
proses pencabutan sedang berlangsung. Air
matanya meleleh dari kedua ujung matanya.
Aku lalu menggiring mereka kekamar mandi
untuk membersihkan diri. Aku sesungguhnya
sangat merasa bersalah memerawani
keponakanku. Tapi kejadian itu sama sekali
bukan inisiatifku. Mereka sendiri yang memaksa .
Ini setidaknya tertanam di dalam pikiran mereka
bahwa hilangnya keperawanan mereka karena
kemauan mereka sendiri, bukan karena dipaksa
atau diperkosa. Aku mengakhiri permainan seru
di rumahku dan membawa mereka kembali
kerumah di perkebunan. Malamnya si Sulung
masih minta jatah untuk dipuaskan. Sejak
kejadian itu aku disandera mereka untuk
memuaskan mereka melalui pesetubuhan, si
bungsu pun ikut-ikutan minta jatah setelah
memeknya sembuh dari luka diperawani.
Menyetubuhi anak-anak di bawah umur,
bukanlah hal yang mudah. Mereka umumnya
sulit mencapai orgasme, karena mungkin
kesadaran seksnya belum matang. Aku jadi
kewalahan menghadapi mereka berempat. Kalau
si sulung lumayan cepat, tetapi si bungsu
seringkali sulit mendapat orgasmenya. Kalau aku
sudah lelah maka segera aku sudahi. Setiap
malam akhirnya menjadi acara rutin aku
memuaskan mereka, sampai menjelang orang
tua mereka kembali. Kedatangan kedua orang
tuanya kurang begitu mereka sambut gembira
sebab berarti mereka semua tidak bisa
melanjutkan petualangan sex nya. Aku pun
kembali ke kehidupan normal tinggal di dikota.
Namun anak-anak itu jadi sering datang
kerumahku dengan alasan berupa-rupa ke orang
tuanya bahwa mereka janjian ama teman
ketemu di plaza dan sebagainya. Canggihnya
mereka minta diturunkan oleh supir di plaza
kemudian aku diminta menjemputnya di lobby
plaza. Begitu mobilku nongol mereka buru-buru
masuk ke mobil langsung berangkat ke rumah
ku. Kejadian di rumahku sudah pasti dan mudah
ditebak. Begitulah mereka lakukan bertahun-
tahun sampai si sulung kuliah dan si bungsu di
SMA. Mereka akhirnya sudah pacaran dan
mungkin sudah dapat jatah dari pacarnya
sehingga tidak lagi sering minta jatah dariku.
Namun sesekali waktu ada juga mereka minta
jatah dari ku.


Adult | GO HOME | Exit
1/1235
U-ON

inc Powered by Xtgem.com